Kamis, 30 Mei 2013

Problem Moralitas Bangsa Indonesia ( OPINI )

Seiring dengan perkembangan zaman, banyak kasus-kasus di negara ini yang bersifat amoral. Misalnya, kasus korupsi yang hampir membudaya dan menjamur di negara ini. Dari kalangan bawah sampai elit pemerintah negara terlibat kasus korupsi. Selain kasus korupsi, kasus narkoba, pemerkosaan, pembunuhan dan pergaulan bebas yang menjerat kaum remaja, membuat negara ini semakin terpuruk. Sehingga dapat dikatakan moral generasi penerus bangsa semakin luntur. Hal tersebut membuktikan bahwa negara ini sangat rendah moralnya. Salah satu faktor kasus amoral tersebut, karena rendahnya kesadaran masyarakat terhadap masuknya budaya-budaya asing. Sebab, budaya tersebut masuk dengan cepat dan membawa pengaruh besar bagi masyarakat Indonesia, sehingga budaya Indonesia terkontaminasi dengan budaya-budaya dari luar. Teknologi yang canggih dan didukung oleh kuatnya pengaruh media massa seperti adanya internet yang bisa diakses dengan mudah, mengakibatkan moral bangsa Indonesia semakin hari semakin menurun. Para remaja sebenarnya berperan aktif dan dituntut untuk memberi contoh, tapi mereka malah mengikuti trend tanpa memikirkan kondisi bangsa yang saat ini mengkhawatirkan. Perjuangan pahlawan kemerdekaan yang seharusnya diisi dengan hal-hal yang bersifat nasionalisme malah dikotori dengan perbuatan amoral. Seharusnya kita menghargai perjuangan para pahlawan yang rela mati demi kemerdekaan itu dengan meneruskan perjuangannya, bukan malah mencederai. Dari tahun ke tahun, bangsa menginginkan masalah atau kasus-kasus yang ada di Indonesia cepat tuntas tapi malah sebaliknya, masalah tersebut tidak berkurang melainkan terus mengalami banyak peningkatan. Kasus korupsi yang tidak ada ujungnya, kasus narkoba semakin meluas mulai dari kalangan artis sampai anggota badan negara, kasus pembunuhan merajalela, kasus pemerkosaan, penganiayaan, dan masih banyak kasus-kasus lain yang menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan moral secara drastis di negara Indonesia. Indonesia memang negara yang tidak lepas dari kasus-kasus yang sudah ada di atas, namun setidaknya Indonesia masih memiliki Pancasial sebagai falsafah hidup yang di dalamnya mengajarkan moral ideal. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang dulu terkenal dengan perilaku yang sopan dan santun, namun saat ini moral bangsa Indonesia mulai terkikis sedikit demi sedikit karena banyaknya pengaruh negatif dari negara luar. Menurut Wiranto, akhlak dan moral bangsa Indonesia dewasa ini sedang mengalami degradasi sehingga masyarakat belum bisa sejahtera. Banyak kasus yang dilakukan oleh berbagai jenis kalangan, mulai dari kalangan bawah, menengah, dan atas sebagai bukti atas degradasi yang saat ini dialami oleh bangsa Indonesia. Moral merupakan sikap atau perilaku yang di lakukan oleh seseorang. Moral itu sangat penting karena apabila orang itu tidak bermoral maka akan dipandang buruk oleh orang lain. Moral bangsa Indonesia saat ini bisa dikatakan terancam rusak dan sasaran utamanya adalah nama baik negara Indonesia, jika moral bangsa negara itu rusak maka nama negara akan tercemar bagi siapa saja yang memandang dari segi moralitas. Moral bangsa Indonesia perlu mendapat perhatian yang khusus, agar bisa diperbaiki secara bertahap. Untuk menata kembali negara Indonesia ini, para pemimpin harus pandai dalam mengatur strategi dan mencari konsep yang tepat agar moral bangsa Indonesia lebih baik. Suatu negara akan selalu dipandang bagus apabila moralitas bangsa negara tersebut baik. Jika dalam segi moralnya negara itu baik, maka besar kemungkinan negara tersebut sejahtera. Para pemimpin menjadi contoh bagi rakyatnya. Sebab, rakyat melihat sosok pemimpinnya. Para pemimpin harus bertanggung jawab atas rakyatnya. Kepemimpinan memang amanah yang tinggi, para pemimpin harus menjaga amanah yang sudah diberikan kepada mereka. Negara yang aman dan sejahtera merupakan negara yang bebas dari semuanya mulai dari korupsi sampai dengan narkoba. Saat ini Indonesia memang sangat rindu akan negara yang adil, bersih dari korupsi, dan bebas narkoba. Mereka mengidamkan negara aman, tenteram dan sejahtera. Negara Indonesia butuh para pemimpin yang bisa merubah negaranya lebih maju dan mampu mengayomi masyarakat. Kesejahteraan negara Indonesia ada di tangan bangsa Indonesia itu sendiri, karena itu perlu adanya kesadaran seluruh masyarakat dan para pemimpin untuk melakukan perbaikan moral demi kesejahteraan dan kemajuan bangsa Indonesia.

Selasa, 26 Februari 2013

POLITIK

PEMILU 2014, PERTARUNGAN MURID SATU GURU Membangun kecerdasan politik dapat dilakukan melalu berbagai pendekatan. Melalui kompetensi pengelolaan keanekaragaman hayati, melalui perumusan masalah dalam metodologi ilmiah, bahkan melalui matematika dan pelajaran lainnya. Evaluasi dan koreksi yang jujur dan kontekstual dapat membuka pintu kecerdasan politik siswa. Namun dinamika di panggung politik yg memerlukan buffer sering menggodaku ingin terjun kembali ke kancah politik yg sudah digeluti sejak mahasiswa. Mudah mudahan banyak sahabat yang jauh lebih berkompeten tampil ke gelanggang untuk menunjukan bahwa berpolitik tidak harus korup, berpolik tidak harus berbohong dan munafik. Pendek kata, kita dapat berpolitik bahkan harus dengan tetap menjaga akidah dan akhlaku karimah. Berpolitik harus menjalankan perilaku korup adalah jatgon politikus penganut partai syaitan, bukan partai Allah (Khizbullah). Tokoh tokoh Masyumi, spt Buya Muhammad Natsir, M Rum, Pak Kasman dkk, layak dijadikan teladan. Mengaku politisi Islam Indonesia, tetapi menutup mata thdp tladan para Founding Fathers dari tokoh tokoh Islam sebenarnya telah tercerabut dari akar perjuangan Islam Indonesia dengan nasionalismenya yg telah tumbuh jauh sebelum kemerdekaan. Apa yang dipertontonkan oleh para politisi muslim terutama yang mengklaim partai Islam, sungguh sangat jauh dari teladan para fonding fathers tokoh tokoh Islam Terpisahnya perkataan dan perbuatan pemimpin dan politisi muslim telah menjadi hijab pada nilai-nilai Islam yg Indah, Mulia dan rahmatalil alamin. Tantangan berat membangun kembali nilai nilai mulia yang telah dibangun oleh para founding fathers muslim di negeri ini. Oknum oknum yg tidak meneladani para pendahulu kita, kita lupa menjadi kader kader pimpinan umat. Kaderisasi tentu tidak sekedar memberikan jargon-jargon politik,ceramah-cramah tetapi juga "Stratak" strategy dan tajtik yang teraplikasi langsung sehingga "tidak mudah terjebak" adalah sangat perlu. Demnikian juga pemahaman dinamika politik dan kepemimpinan Indonesia (teladan Para Faunding fathers Muslim), apa yang diambil oleh mereka yang bergerak sekatang teladan yang sangat jauh gapnya, Kita lupa, bahawa teladan para salaf telah diterapkan dan diakulturasi oleh para pendahulu, dalam ke hasan Indonesia. Mereka bangga dengan referensi-referensi yang umat tiodak paham. Padahal referensi-referensi itu telah "diterjemahkan dan diejawantahkan" oleh para pemimpin Islam terdahulu dalam konteks ke Indonesiaan. KIta sering berlagak sok tahu, karena baru pulang dari Timur Tengah, padahal yang namanya KH Ahmad DSahlan, H. Hasyim Asyari, sudah belajar referensi-referensi itu dan menyesuaikannya dengan Indonesia. Bahkan menggunakan bahasa dan budaya setekmjpat sehingga fdciterima dengan bersahabat, bukan seperti "makhluk asing" yang mengundang kecurigaan. Pemilu 2014 akan diwarnai oleh politisi politisi satu guru : Regim Otoriter Orde Baru baik mereka yang dari jalur A(ABRI), B(Birokrta) dan C(konglemerat, tepatnya Capitalis). Disamping pemilu 2014 merupakan pertarungan satu guru rezim otoriter ordebaru, juga menyeruak keprihatinan terpuruknya kubu Islam nasionalis krn amanah yg diingkari oknum oknum pragmatis. Ini sangat ironis mengingat mayoritas penduduk indonesia adalah muslim. Dapat diprediksika terhadap produk produk parlemen terkait dengan nilai 2 islam nantinya. Sebuah tantangan yg harus dijawab kaum muslimin Indonesia tentunya. Dari jalur A, ABRI, akan muncul kompetitor Prabowo, mantan menantu dari penasehat ekonominya, Soemitro, Mungkin Soedtiyoso, San Wiranto yang kemungkinan bergandengan denga Hary Tanudjaya yang posternya sudah terpampang dimana-mana, bahkan baru saja mendeklarasikan mesin politiknya dalam bentuk ormas, Perindo (Persatuan Indonesia) setelah hengkang dari Nasdem. Sebelum pembacaan manivesto Perindo oleh Ahmad Rofik, ada lagu dg syair yg layak direnungkan "Mau Dibawa Kemana ? Jika dilanjutkan menjadi Mau dibawa kemana Perindo ? Sepertinya tidak sulit menjawabnya : Hanura ! Kelihatannya Perindo akan dijadikan mesin pemanen suara Hanura terutama pemilih muda. Walaupun Hary mengatakan Perindo bukan sayap politik Hanura, tetapi siap bekerja sama dengan Hanura tidak bisa tidak dapat diartikan sebagai siap ,menjadi mesin politik untuk memanenj suara. Bagi Hary Tanujaya, mungkin berlaku "Menabur Ormas, Memanen dukungan Politik. Pada Jalur C, konglemerat (baca kapitalis - pen) muncul calon dari Golkar, partai tulang punggung Orde Baru yakni Aburizal Bakrie yang disorot terkait masalah Lumpur Lapindo, juga Surya Paloh yang menggunakan kendatraan Nasdem, nasional demokrat. Boleh jadi dari jalur ini njuag akan muncul JK. Dari Jalur B, Birokrat, mungkin Sri Mulyani, tetapi rupanya sudah reda blow up pencalonannya mednjadi RI 1. Lantas, Siapa penyambung suara kaum santri di Senayan kelak ? Kejayaan kaum Santri untuk menjaga nilai nilai Ketuhan Yang Maha Esa dalam makna Tauhid tidak mau tidak harus dilakukan oleh kaum bertauhid (santri) sendiri.Jika Perindo menamakan dirinya sbg Rumah kaum Merdeka (Liberal ?) adakah Rumah Kaum Beragama ? Atau Rumah Umat Tuhan ? Rumah kaum Beragama, kekuatan parlementer umat beragama sangat diperlukan di tengah tantangan dan upaya kaum liberal memproduk undang undang yang melanggar aturan tuhan yg universal seperti perjudian, prostitusi, pernikahan sejenis dll. Dowes Deker mengakui, tanpa Islam tidak ada nasionalisme Indonesia. Tetapi ironisnya, sejak sebelum kemerdekaan, piagam jakarta, konstituante, orla, orba dan saat ini, dr umat islam 99% dan kini tinggal 83 % kelompok Islan selalu didzalimi. Era konstituante dimana perdebatan dasar negara dibuka lebar lebar sehingga semua kelompok menyampaikan aspirasi sesuai tuntunan agama atau ideologinya, kelompok islam didzalimi dg cap yg sangat membunuh karakter, demikian jg kasus Masyumi, P4, Azaz Tunggal dan saat ini. Kelompok Islam terus didzalimi dg cap cap yg sangat merugikan. Bgm kalau pada ahirnya umat Islam tinggal 50% ? Wallahu a'lam. Hati nurani kita yg bersih akan dapat menangkap firosat yg benar apa yang akan terjadi. Peperangan abadi ta'muruuna bil ma'ruf wa tanhauna 'anil munkar selalu berhadapan dengan ta'muruuna bil munkar wa tanhauna 'anil ma'ruruf, atau da'wah ilaa sabilillah senantiasa berhadapan dengan da'wah ilaa sabilithoghut dalam berbagai manifestasinya termasuk terkait nilai dan pemikiran (ghoswul fikr) dan ini tidak mungkin tidak kaum muslimin harus mimiliki "pasukannya" di lini mana saja termasuk di parlemen untuk mengawal produk 2 nya agar tidak bertentangan dg iman tauhid. Hal ini tidak cukup dengan "jihad hati" tetapi harus diartikulasikan dalam tindakan riil. Memang berat melakukan hal ini di tengah muka penuh bopeng akhibat ulah oknum pemimpin dan politisi muslim yg lain ucapan dan tindakan. Tetapi kita harus melakukannya agar tercipta Indonesia yg baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur. Evalusia dan koreksi total atas outcome yang mudah terkooptasi pragmatisme dilakukan Dengan mengubah Nilai dasar Perjuangan Insan Cita menjadi Khittoh Ulul Albab. Saya yakin komitmen Ke Islaman dan Keindonesiaan HMI MPO termasuk alumninya sangat berbeda dengan AU, AT, AG dll. Sayangnya, ORBA dengan screeningnya telah menyingkirkan kader kader bangsa potensial itu, inilah kerugian yang dilakukan ORBA sehingga Kita kekurangan pemimpin yang Ulul Albab. Disisi lain selama kami tidak punya "Rumah kaum Penyelamat" dan sekedar menjadi "Power Supply" bagi kepemimpinan lembaga lain, maka "outcome" HMI MPO harus mau "dibubut", "digerenda", "diamplas", "diketok" dan "dicat" sesuai Lembaga User nya. Disitulah menjadi problem. HMI MPO harus menjadi "industri terpadu" dari hulu sampai hilir (Partai Politik) sendiri agar terjaga ioriginalitasnya. SEMOGA KITA DIBERIKAN KEKUATAN DAN PERTOLONGAN UNTUK MELAKUKAN YANG TERBAIK.

Sabtu, 19 Januari 2013

motivasi

Belajar menerima apa adanya & berpikir positif... Rumah mewah bagai istana, harta benda ga tak terhitung, kedudukan & jabatan yg luar biasa, namun... Ketika nafas terakhir tiba, sebatang jarum pun tak bisa dibawa pergi Sehelai benang pun tak bisa dimiliki Apalagi yg mau diperebutkan Apalagi yg mau disombongkan Maka jalanilah hidup ini dgn kεinsafan nurani Jgn terlalu perhitungan Jgn hanya mau mεnang sεndiri Jgn suka sakiti sesama apalagi terhdp mrk yg ber jasa bagi kita Belajarlah, tiada hari tanpa kasih Sεlalu berlapang dada & mengalah Hidup ceria, bebas leluasa... Tak ada yg tak bisa di ikhlaskan.... Tak ada sakit hati yg tak bisa dimaafkan Tak ada dendam yg tak bisa tεrhapus.. Jalanilah hidup ini dgn segala sifat positif yg kita miliki.... (y).

Jumat, 04 Januari 2013

Politik Keamanan

Rahasia Negara Mungkin belum banyak yang tahu kalau ada sebuah perjanjian maha penting yang dibuat Presiden I RI Ir Soekarno dan Presiden ke 35 AS John Fitzgerald Kennedy. Konon penembakan John F Kennedy pada November 1963 yang membuatnya tewas secara tragis lantaran menandatangani perjanjian tersebut. Konon pula penggulingan Ir Soekarno dari kursi kepresidenan wajib dilakukan jaringan intelijen AS disponsori komplotan Jahudi (Zionis Internasional) yang tidak mau AS bangkrut dan hancur karena mesti mematuhi perjanjian tersebut juga tidak rela melihat RI justru menjadi kuat secara ekonomi di samping modal sumber daya alamnya yang semakin menunjang kekuatan ekonomi RI. selain itu ada beberapa tujuan lain yang harus dilaksanakan sesuai agenda Zionis Internasional. Berikut ini saya coba tulis hasil penelusuran pada tahun 1994 s/d 1998, berlanjut tahun 2006 s/d 2010, ditambah informasi dari beberapa sumber. Tapi mohon diingat, anggap saja tulisan ini hanya penambah wawasan belaka. Perjanjian itu biasa disebut sebagai salah satu ’Dana Revolusi’, atau ’Harta Amanah Bangsa Indonesia’, atau pun ’Dana Abadi Ummat Manusia’. Sejak jaman Presiden Soeharto hingga Presiden Megawati cukup getol menelisik keberadaannya dalam upaya mencairkannya. Perjanjian The Green Hilton Memorial Agreement Geneva dibuat dan ditandatangani pada 21 November 1963 di hotel Hilton Geneva oleh Presiden AS John F Kennedy (beberapa hari sebelum dia terbunuh) dan Presiden RI Ir Soekarno dengan saksi tokoh negara Swiss William Vouker. Perjanjian ini menyusul MoU diantara RI dan AS tiga tahun sebelumnya. Point penting perjanjian itu; Pemerintahan AS (selaku pihak I) mengakui 50 persen keberadaan emas murni batangan milik RI, yaitu sebanyak 57.150 ton dalam kemasan 17 paket emas dan pemerintah RI (selaku pihak II) menerima batangan emas itu dalam bentuk biaya sewa penggunaan kolateral dolar yang diperuntukkan pembangunan keuangan AS. Dalam point penting lain pada dokumen perjanjian itu, tercantum klausul yang memuat perincian ; atas penggunaan kolateral tersebut pemerintah AS harus membayar fee 2,5 persen setiap tahunnya sebagai biaya sewa kepada Indonesia, mulai berlaku jatuh tempo sejak 21 November 1965 (dua tahun setelah perjanjian). Account khusus akan dibuat untuk menampung asset pencairan fee tersebut. Maksudnya, walau point dalam perjanjian tersebut tanpa mencantumkan klausul pengembalian harta, namun ada butir pengakuan status koloteral tersebut yang bersifat sewa (leasing). Biaya yang ditetapkan dalam dalam perjanjian itu sebesar 2,5 persen setiap tahun bagi siapa atau bagi negara mana saja yang menggunakannya. Biaya pembayaran sewa kolateral yang 2,5 persen ini dibayarkan pada sebuah account khusus atas nama The Heritage Foundation (The HEF) yang pencairannya hanya boleh dilakukan oleh Bung Karno sendiri atas restu Sri Paus Vatikan. Sedang pelaksanaan operasionalnya dilakukan Pemerintahan Swiss melalui United Bank of Switzerland (UBS). Kesepakatan ini berlaku dalam dua tahun ke depan sejak ditandatanganinya perjanjian tersebut, yakni pada 21 November 1965. Namun pihak-pihak yang menolak kebijakan John F. Kennedy menandatangani perjanjian itu, khususnya segelintir kelompok Zionis Internasional yang sangat berpengaruh di AS bertekat untuk menghabisi nyawa dan minimal karir politik kedua kepala negara penandatangan perjanjian itu sebelum masuk jatuh tempo pada 21 November 2965 dengan tujuan menguasai account The HEF tersebut yang berarti menguasai keuangan dunia perbankan. Target sasaran pertama, ’menyelesaikan’ pihak I selaku pembayar, yakni membuat konspirasi super canggih dengan ending menembak mati Presiden AS JF Kennedy itu dan berhasil. Sudah mati satu orang penandatangan perjanjian, masih seorang lagi sebagai target ke II, yakni Ir Soekarno. Kaki tangan kelompok Zionis Internasional yang sejak awal menentang kesepakatan perjanjian itu meloby dan menghasut CIA dan Deplu AS untuk menginfiltrasi TNI-AD yang akhirnya berpuncak pada peristiwa G30S disusul ’penahanan’ Soekarno’ oleh rezim Soeharto. Apesnya lagi, Soekarno tidak pernah sempat memberikan mandat pencairan fee penggunaan kolateral AS itu kepada siapa pun juga !! Hingga beliau almarhum beneran empat tahun kemudian dalam status tahanan politik. Sedangkan kalangan dekat Bung Karno maupun pengikutnya dipenjarakan tanpa pengadilan dengan tudingan terlibat G30S oleh rezim Soeharto. Mereka dipaksa untuk mengungkapkan proses perjanian itu dan bagaimana cara mendapatkan harta nenek moyang di luar negeri itu. Namun usaha keji ini tidak pernah berhasil. Hal Ikhwal Perjanjian Sepenggal kalimat penting dalam perjanjian tersebut => ”Considering this statement, which was written andsigned in Novemver, 21th 1963 while the new certificate was valid in 1965 all the ownership, then the following total volumes were justobtained.” Perjanjian hitam di atas putih itu berkepala surat lambing Garuda bertinta emas di bagian atasnya dan berstempel ’The President of The United State of America’ dan ’Switzerland of Suisse’. Berbagai otoritas moneter maupun kaum Monetarist, menilai perjanjian itu sebagai fondasi kolateral ekonomi perbankan dunia hingga kini. Ada pandangan khusus para ekonom, AS dapat menjadi negara kaya karena dijamin hartanya ’rakyat Indonesia’, yakni 57.150 ton emas murni milik para raja di Nusantara ini. Pandangan ini melahirkan opini kalau negara AS memang berutang banyak pada Indonesia, karena harta itu bukan punya pemerintah AS dan bukan punya negara Indonesia, melainkan harta raja-rajanya bangsa Indonesia. Bagi bangsa AS sendiri, perjanjian The Green Hilton Agreement merupakan perjanjian paling tolol yang dilakukan pemerintah AS. Karena dalam perjanjian itu AS mengakui asset emas bangsa Indonesia. Sejarah ini berawal ketika 350 tahun Belanda menguasai Jawa dan sebagian besar Indonesia. Ketika itu para raja dan kalangan bangsawan, khususnya yang pro atau ’tunduk’ kepada Belanda lebih suka menyimpan harta kekayaannya dalam bentuk batangan emas di bank sentral milik kerajaan Belanda di Hindia Belanda, The Javache Bank (cikal bakal Bank Indonesia). Namun secara diam-diam para bankir The Javasche Bank (atas instruksi pemerintahnya) memboyong seluruh batangan emas milik para nasabahnya (para raja-raja dan bangsawan Nusantara) ke negerinya di Netherlands sana dengan dalih keamanannya akan lebih terjaga kalau disimpan di pusat kerajaan Belanda saat para nasabah mempertanyakan hal itu setelah belakangan hari ketahuan. Waktu terus berjalan, lalu meletuslah Perang Dunia II di front Eropa, dimana kala itu wilayah kerajaan Belanda dicaplok pasukan Nazi Jerman. Militer Hitler dan pasukan SS Nazi-nya memboyong seluruh harta kekayaan Belanda ke Jerman. Sialnya, semua harta simpanan para raja di Nusantara yang tersimpan di bank sentral Belanda ikut digondol ke Jerman. Perang Dunia II front Eropa berakhir dengan kekalahan Jerman di tangan pasukan Sekutu yang dipimpin AS. Oleh pasukan AS segenap harta jarahan SS Nazi pimpinan Adolf Hitler diangkut semua ke daratan AS, tanpa terkecuali harta milik raja-raja dan bangsawan di Nusantara yang sebelumnya disimpan pada bank sentral Belanda. Maka dengan modal harta tersebut, Amerika kembali membangun The Federal Reserve Bank (FED) yang hampir bangkrut karena dampak Perang Dunia II, oleh ’pemerintahnya’ The FED ditargetkan menjadi ujung tombak sistem kapitalisme AS dalam menguasai ekonomi dunia. Belakangan kabar ’penjarahan’ emas batangan oleh pasukan AS untuk modal membangun kembali ekonomi AS yang sempat terpuruk pada Perang Dunia II itu didengar pula oleh Ir Soekarno selaku Presiden I RI yang langsung meresponnya lewat jalur rahasia diplomatic untuk memperoleh kembali harta karun itu dengan mengutus Dr Subandrio, Chaerul saleh dan Yusuf Muda Dalam walaupun peluang mendapatkan kembali hak sebagai pemilik harta tersebut sangat kecil. Pihak AS dan beberapa negara Sekutu saat itu selalu berdalih kalau Perang Dunia masuk dalam kategori Force Majeur yang artinya tidak ada kewajiban pengembalian harta tersebut oleh pihak pemenang perang. Namun dengan kekuatan diplomasi Bung Karno akhirnya berhasil meyakinkan para petinggi AS dan Eropa kalau asset harta kekayaan yang diakuisisi Sekutu berasal dari Indonesia dan milik Rakyat Indonesia. Bung Karno menyodorkan fakta-fakta yang memastikan para ahli waris dari nasabah The Javache Bank selaku pemilik harta tersebut masih hidup !! Nah, salah satu klausul dalam perjanjian The Green Hilton Agreement tersebut adalah membagi separoh separoh (50% & 50%) antara RI dan AS-Sekutu dengan ’bonus belakangan’ satelit Palapa dibagi gratis oleh AS kepada RI. Artinya, 50 persen (52.150 ton emas murni) dijadikan kolateral untuk membangun ekonomi AS dan beberapa negara eropa yang baru luluh lantak dihajar Nazi Jerman, sedang 50 persen lagi dijadikan sebagai kolateral yang membolehkan bagi siapapun dan negara manapun untuk menggunakan harta tersebut dengan sistem sewa (leasing) selama 41 tahun dengan biaya sewa per tahun sebesar 2,5 persen yang harus dibayarkan kepada RI melalui Ir.Soekarno. Kenapa hanya 2,5 persen ? Karena Bun Karno ingin menerapkan aturan zakat dalam Islam. Pembayaran biaya sewa yang 2,5 persen itu harus dibayarkan pada sebuah account khusus a/n The Heritage Foundation (The HEF) dengan instrumentnya adalah lembaga-lembaga otoritas keuangan dunia (IMF, World Bank, The FED dan The Bank International of Sattlement/BIS). Kalau dihitung sejak 21 November 1965, maka jatuh tempo pembayaran biaya sewa yang harus dibayarkan kepada RI pada 21 November 2006. Berapa besarnya ? 102,5 persen dari nilai pokok yang banyaknya 57.150 ton emas murni + 1.428,75 ton emas murni = 58.578,75 ton emas murni yang harus dibayarkan para pengguna dana kolateral milik bangsa Indonesia ini. Padahal, terhitung pada 21 November 2010, dana yang tertampung dalam The Heritage Foundation (The HEF) sudah tidak terhitung nilainya. Jika biaya sewa 2.5 per tahun ditetapkan dari total jumlah batangan emasnya 57.150 ton, maka selama 45 tahun X 2,5 persen = 112,5 persen atau lebih dari nilai pokok yang 57.150 ton emas itu, yaitu 64.293,75 ton emas murni yang harus dibayarkan pemerintah AS kepada RI. Jika harga 1 troy once emas (31,105 gram emas ) saat ini sekitar 1.500 dolar AS, berapa nilai sewa kolateral emas sebanyak itu ?? Hitung sendiri aja !! Mengenai keberadaan account The HEF, tidak ada lembaga otoritas keuangan dunia manapun yang dapat mengakses rekening khusus ini, termasuk lembaga pajak. Karena keberadaannya yang sangat rahasia. Makanya, selain negara-negara di Eropa maupun AS yang memanfaatkan rekening The HEF ini, banyak taipan kelas dunia maupun ’penjahat ekonomi’ kelas paus dan hiu yang menitipkan kekayaannya pada rekening khusus ini agar terhindar dari pajak. Tercatat orang-orang seperti George Soros, Bill Gate, Donald Trump, Adnan Kasogi, Raja Yordania, Putra Mahkota Saudi Arabia, bangsawan Turko dan Maroko adalah termasuk orang-orang yang menitipkan kekayaannya pada rekening khusus tersebut. George Soros dengan dibantu ole CIA berusaha untuk membobol account khusus tersebut. Bahkan, masih menurut sumber yang bisa dipercaya, pada akhir 2008 lalu, George Soros pernah mensponsori sepasukan kecil yang terdiri dari CIA dan MOSSAD mengadakan investigasi rahasia dengan berkeliling di pulau Jawa demi untuk mendapatkan user account dan PIN The HEF tersebut. Selain itu, George Soros dibantu dinas rahasia CIA pernah berusaha membobol account khusus tersebut, namun gagal. Bahkan akhir 2008 lalu, George Soros pernah mensponsori sepasukan kecil agen CIA dan MOSSAD (agen rahasia Israel) mengadakan investigasi rahasia dengan berkeliling di pulau Jawa demi untuk mendapatkan user account dan PIN The HEF tersebut termasuk untuk mencari tahu siapa yang diberi mandat Ir Soekarno terhadap account khusus itu. Padahal Ir Soekarno atau Bung Karno tidak pernah memberikan mandat kepada siapa pun. artinya pemilik harta rakyat Indonesia itu tunggal, yakni Bung Karno sendiri. Sampai saat ini !! Penjahat Perbankan Internasional Manfaatkan Saat Ada Bencana Alam Besar Sialnya, CUSIP Number (nomor register World Bank) atas kolateral ini bocor. Nah, CUSIP inilah yang kemudian dimanfaatkan kalangan bankir papan atas dunia yang merupakan penjahat kerah putih (white collar crime) untuk menerbitkan surat-surat berharga atas nama orang-orang Indonesia. Pokoknya siapa pun dia, asal orang Indonesia berpassport Indonesia dapat dibuatkan surat berharga dari UBS, HSBC dan bank besar dunia lainnya. Biasanya terdiri dari 12 lembar, diantaranya ada yang berbentuk Proof of Fund, SBLC, Bank Guaranted, dan lainnya. Nilainya pun fantastis, rata-rata di atas 500 juta dolar AS hingga 100 miliyar dolar AS. Ketika dokumen tersebut dicek, maka kebiasaan kalangan perbankan akan mengecek CUSIP Number. Jika memang berbunyi, maka dokumen tersebut dapat menjalani proses lebih lanjut. Biasanya kalangan perbankan akan memberikan bank officer khusus bagi surat berharga berformat Window Time untuk sekedar berbicara sesama bank officer jika dokumen tersebut akan ditransaksikan. Sesuai prosedur perbankan, dokumen jenis ini hanya bisa dijaminkan atau dibuatkan rooling program atau private placement yang bertempo waktu transaksi hingga 10 bulan dengan High Yield antara 100 persen s/d 600 persen per tahun. Nah, uang sebesar itu hanya bisa dicairkan untuk proyek kemanusiaan. Makanya, ketika terjadi musibah Tsunami di Aceh dan gempa di DIY, maka dokumen jenis ini beterbangan sejagat raya bank. Brengseknya, setiap orang Indonesia yang namanya tercantum dalam dokumen itu, masih saja hidup miskin blangsak sampai sekarang. Karena memang hanya permainan bandit bankir kelas hiu yang mampu mengakali cara untuk mencairkan aset yang terdapat dalam rekening khusus itu. Di sisi lain, mereka para bankir curang juga berhasil membentuk opini, dimana sebutan ’orang stress’, sarap atau yang agak halus ’terobsesi’ kerap dilontarkan apabila ada seseorang yang mengaku punya harta banyak, miliyaran dollar AS yang berasal dari Dana Revolusi atau Harta Amanah Bangsa Indonesia. Opini yang terbentuk ini bagi pisau bermata dua, satu sisi menguntungkan bagi keberadaan harta yang ada pada account khusus tersebut tidak terotak-atik, namun sisi lainnya para bankir bandit dapat memanfaatkannya demi keuntungan pribadi dan komplotannya ketika ada bencana alam besar di dunia, seperti bencana Tsunami di Jepang baru-baru ini. Tapi yang paling berbahaya, tidak ada pembelaan rakyat, negara dan pemerintah Indonesia ketika harta ini benar-benar ada dan mesti diperjuangkan bagi kemakmuran rakyat Indonesia. Kaitannya dengan Satria Piningit, Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu, Ratu Adil Penulis punya pengertian, ketika Satrio Piningit sudah melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin maka beliau menjadi Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu (SPSW) karena kecintaannya yang teramat sangat kepada TUHAN ALLAH. Takut akan TUHAN dengan mencintai-NYA dengan segenap hatinya menjadi awal setiap langkah beliau dalam melaksanakan tugas membawa rakyat Nusantara maupun umat manusia menuju kesejahteraan dan kemakmuran yang hakiki. Ketika semua umat manusia pada umumnya dan rakyat Nusantara pada khususnya sudah mendapatkan kesejahteraan dan kemakmuran yang hakiki itu, maka beliau mendapat sebutan sang Ratu Adil. Kami juga berkeyakinan, sang SPSW yang mampu mendapatkan kembali harta abadi rakyat Nusantara, bagaimana pun prosesnya. Karena kepemimpinannya memang mendapat bimbingan langsung TUHAN Pemilik Semesta Alam. Semua harta itu akan diserahkan kepada negara yang dipimpinnya untuk dikelola demi kesejahteraan dan kemakmuran segenap pemilik sejatinya, yakni bangsa Nusantara ini !!